Sunday, February 1, 2015

IDOLAKU RASULULLAH

IDOLAKU RASULULLAH
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalamualaiku warohmatullahi wabarokatuh
Apa kabar teman-teman, semoga baik dan sehat walafi’at semuanya. Kali ini bolg juliyati panjaitan sedikit berbagi ilmu dalam memberikan artikel islami tentang Idolaku Rasulullah, karena saat ini ummat islam di Indonesia maupun di Dunia bayak memiliki idola yang bukan diri Rasulullah melainkan berasal dari kalangan barat maupun kalangan lainnya yang banyak di kuasai oleh non muslim. Semoga dengan membaca artikel ini saudara semakin cinta terhada Rasulullah. Selamat membaca artikel Idolaku Rasulullah.
Rasulullah Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah
Rasulullah Muhammad SAW adalah nabi yang diutus untuk menyampaikan ajarannya yang benar yaitu agama islam. Islam adalah agama universal yang diturunkan oleh Allah melaui malaikan jibril kepada Rasulullah ( Muhammad SAW). Dalam tataran ini, kita sebagai ummat islam hanya diminta untuk mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dalam beragama. Oleh sebab itu, kita sebagai ummat muslim wajib mencontohnya dan meniru keperibadian beliau karena Rasulullah ialah Uswatun Hasanah artinya panutan dan suri teladan yang baik bagi ummat islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat AL-Ahzab [33] ayat 21 yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS: Al-Ahzab Ayat: 21)
Rasulullah Muhammad SAW ialah teladan sepanjang zaman artinya keteladanan yang disebarkan Rasulullah SAW akan terus mewangi, meski zaman semakin tua dan menggila. Seseorang muslim akan di ganjar banyak pahala kebaikan dari Allah yang maha membalas hanya dengan meneladani Rasulullah SAW saja.
Rasulullah SAW mrupakan amal unggulan yang membutuhkan mujahadah amat keras guna menggapai dan men-dawam-kannya. Pada ayat tersebut meneladani Rasulullah hanya bisa dilakukan oleh dua kategori manusia.
Pertama, yang meyakini hari kiamat dan berharap pertemuan dengan Allah.
Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’An Al-Kahfi [18]; 110 yang berbunyi:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS: Al-Kahfi Ayat: 110)
Seorang muslim yang meyakini adanya pertemuan dengan allah, maka mukmin tersebut akan giat melakukan amal shalih dan berupaya sekuat tenaga untuk tidak menduakannya dengan sesuatu apapun selain allah. Sebab mereka mengerti, bahwa kedatangan hari kiamat adalah misteri yang hanya dikutahui kedatangannya oleh Allah SWT ‘azza wa jalla.
Kedua, banyak mengigat Allah dalam setiap jenak kehidupannya.
Mengingat Allah adalah bukti cinta. Amalan ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang benar imannya. Selainnya sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’An yang berbunyi:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا
“Sesungguh orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) dihadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (Q.S An-Nisa [4]: 142)


Meneladani Rasulullah berarti mencintai.
“Rasulullah saw bersabda, ‘barangsiapa menghidupkan sunnahku, maka dia mencintaiku. Barangsiapa mencintaiku, maka dia bersamaku, kelak disurga.”
Begitulah makna lain ketelanan yaitu kita harus mencintai Rasulullah SAW melebihi cinta kita terhadap diri kita sendiri. Seperti kisah seorang Arab Badui pada suatu hari beliau mendatangi Rasulullah SAW dengan tergopoh. Sebertemunya manusia teladan itu. Ia pun berkata, “Ya Rasulullah kapankah datangnya hari kiamat?”
Nabi menjawab dengan pertanyaan, “memangnya apa yang telah kamu persiapkan untuk kedatangannya?”
Dengan lugu, dia berkata, “aku mencintai Allah dan Rasul-nya”
Rasul bersabda, “seseorang akan bersama siapa yang dicintainya.”
Apakah kita mencintai Allah dan Rasul-nya? Sekedar pengakuan ataukah sudah terbukti? Jika sudah ada bukti, apakah cinta kita tergolong cinta tergila-gila, cinta hampa, cinta romantis, cinta sejawat, cinta buta ataukah cinta sempurna?
Kita adalah cerminan dari siapa yang kita cintai. Untuk mengetahui seseorang, salah satu caranya yakni dengan mengenali siapa sahabatnya. Itulah mengapa, Rasulullah SAW menyarankan agar kita bergaul dengan penjual minyak wangi. Jika pun tak kuasa membeli dan mengenakan minyak wangi itu, harapammya bisa ikut kewangian atau diberi wewangian dari sahabat kita itu.
Sebaliknya, agar kita jangan terlalu akrab dengan ‘si pandai besi’. Sebab konsekuensinya, kita akan terkena panasnya api atau hitamnya arang yang akrab dengannya yang berteman dengan kita itu.[1]
Rasulullah bukan hanya mengajarkan bagaimana cara memilih teman yang baik buat kita. Rasulullah juga memiliki 4 sifat keteladanan yaitu: siddiq, amanah, tablig, dan fathonah. Bukan hanya hal-hal tersebut beliau juga mengajarkan sifat teladan yang lain seperti sabar dan penyayang. Seperti kisah Rasulullah SAW ketika beliau harus tidur diteras rumah, seketika itu beliau habis pulang berdakwah yang waktu itu sudah larut malam beliau pulang kerumah. Setelah mengetuk pintu selama tiga kali ternyata sang istri tidak membuka pintu akhirnya Rasulullah SAW tidur diteras padahal saat itu musim dingin. Ini membuktikan beliau sabar dan penyayang.
Sifat sabar dan penyayang bukan hanya ditunjukkan terhadap ummatnya saja, tetapi juga kepada kaum nonmuslim. Dikisahkan saat beliau di Madinah ada seseorang Pengemis yahudi yang matanya buta yang selalu mencaci-maki beliau. Setiap hari Pengemis yahudi itu selalu berteriak kepada orang-orang “hai kaumku, janganlah kalian mendekati Muhammad, karena dia adalah pembohong dan tukang sihir. Jika kalian mendekati dia kalian akan terpengaruh.”
Setiap hari Pengemis yahudi itu selalu berkata seperti itu kepada orang yang lewat. Akhirnya tak ada orang yang memberinya makan karena sebagian besar penduduk Madinah sudah masuk islam. Akhirnya Rasulullah SAW yang memberi Pengimis yahudi tersebut makan dengan cara menyuapinya. Tanpa berkata-kata (karena pengemis yahudi itu pasti sudah tahu suara beliau sehingga dikhawatirkan akan menolak beliau) setiap pagi dan sore Rasulullah memberi makan Pengemis yahudi ini selama beberapa tahun sampai Rasulullah saw wafat.
Hingga suatu hari, kabar bahwa Muhammad SAW telah wafat tersebar ke setiap sudut kota Madinah. Di sudut pasar Si Pengemis yang mendengar kabar kematian Muhammad, senang bukan kepalang. Ia tertawa karena orang yang ia benci telah mati. Tapi, di saat bersaman, ia kehilangan lelaki yang baik hati yang mendatanginya setiap hari membawakannya makanan dan menyuapinya makanan yang telah dihaluskan dengan mulutnya sendiri. Hingga senja ia menunggu lelaki itu datang, ia tidak sabar ingin menceritakan kabar gembira ini kepadanya, muhammad telah mati, batin Pengemis tua itu.
Setelah Rasulullah wafat Abu Bakar As-Shidid RA yang meneruskan sunnah Rasulullah tersebut untuk yang memberi makan Pengemis yahudi tersebut. Keesokan harinya Abu Bakar pun bergegas menuju pasar tempat Pengemis yahudi itu dengan membawakan makanan untuk diberikan kepada pengemis yahudi tersebut. Akan tetapi, Pengemis yahudi tersebut malah marah.
‘siapa kamu?”
“aku adalah orang yang biasa memberi kamu makan” jawab Abu Bakar.
“bukan, kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan. Kalau orang yang biasa memberi aku makan dia selalu melembutkan makanan terlebih dahulu jadi tidak perlu gigi ini mengunyah dan tenggorokan ini menelan.”
Abu Bakar akhirnya menangis karena teringat rasulullah karena ternyata memberikan yang terbaik kepada orang bahkan kepada pengemis yahudi yang memusuhinya. Akhirnya abu bakar berterus-terang.
”aku memang bukan orang yang biasa memberimu akan. Ketahuilah bahwa orang yang biasa memberi kamu makan telah meninggal.”
“siapakah sesungguhnya yang telah memberi aku makan selama ini?”
“beliau adalah Rasulullah SAW, sedangkan aku adalah salah seorang sahabatnya” setelah berkata seperti itu Abu Bakar langsung menangis.
Pengemis yahudipun menangis dan berkata, “benarkah demikian?”, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, dia mendatangiku dengan membawa makan setiap pagi, dia begitu mulia.” Pengemis yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a. [2]
Demikian kisah nabi Muhammad sebagai teladan, semoga  setelah membaca artikel ini kita semua semakin bergerak untuk mengenal dan mendekati Muhammad Rasulullah. Semoga setelah semua ini kita dicandui rindu untuk membaca apa saja tentang nabi Muhammad, ber-shalawat padanya, memenuhi majlis-majlis yang mengajak kita meresepsi kebijaksanaan- kebijaksanaannya , meneladani akhlaknya yang mulia. Dan tentu saja, menjadi pengikutnya yang penuh kasih dan kebaikan…amin ya robb


DAFTAR PUSTAKA
·         Pirman. 2015. Romantisnya Rasulullah. Cetakan ke-1. Yogyakarta: citra risalah
·         Djibran, Fahd. 2010. Menatap Punggung Muhammad. Cetakan pertama. Jakarta: litera pustaka



[1] Pirman, romantisnya rasulullah. yogyakarta: citra risalah, 2015. Hlm 3-19
[2] Fahd djibran, Menatap Punggung Muhammad. Jakarta: litera pustaka, 2010. Hlm 60-67

7 comments: