IDOLAKU RASULULLAH
اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalamualaiku warohmatullahi wabarokatuh
Apa kabar teman-teman, semoga baik dan sehat walafi’at
semuanya. Kali ini bolg juliyati panjaitan sedikit berbagi ilmu dalam
memberikan artikel islami tentang Idolaku Rasulullah, karena saat ini ummat
islam di Indonesia maupun di Dunia bayak memiliki idola yang bukan diri Rasulullah
melainkan berasal dari kalangan barat maupun kalangan lainnya yang banyak di
kuasai oleh non muslim. Semoga dengan membaca artikel ini saudara semakin cinta
terhada Rasulullah. Selamat membaca artikel Idolaku Rasulullah.
Rasulullah Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah
Rasulullah Muhammad SAW adalah nabi yang diutus untuk
menyampaikan ajarannya yang benar yaitu agama islam. Islam adalah agama universal
yang diturunkan oleh Allah melaui malaikan jibril kepada Rasulullah ( Muhammad
SAW). Dalam tataran ini, kita sebagai ummat islam hanya diminta untuk mengikuti
apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dalam beragama. Oleh sebab itu, kita
sebagai ummat muslim wajib mencontohnya dan meniru keperibadian beliau karena Rasulullah
ialah Uswatun Hasanah artinya panutan dan suri teladan yang baik bagi ummat
islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat AL-Ahzab [33] ayat 21
yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS: Al-Ahzab Ayat: 21)
Rasulullah Muhammad SAW ialah teladan sepanjang zaman artinya
keteladanan yang disebarkan Rasulullah SAW akan terus mewangi, meski zaman
semakin tua dan menggila. Seseorang muslim akan di ganjar banyak pahala
kebaikan dari Allah yang maha membalas hanya dengan meneladani Rasulullah SAW saja.
Rasulullah SAW mrupakan amal unggulan yang membutuhkan mujahadah
amat keras guna menggapai dan men-dawam-kannya. Pada ayat tersebut meneladani Rasulullah
hanya bisa dilakukan oleh dua kategori manusia.
Pertama, yang meyakini hari kiamat dan
berharap pertemuan dengan Allah.
Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’An Al-Kahfi [18]; 110 yang berbunyi:
قُلْ إِنَّمَا
أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا
يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang
Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya". (QS: Al-Kahfi Ayat: 110)
Seorang muslim yang meyakini adanya pertemuan dengan allah,
maka mukmin tersebut akan giat melakukan amal shalih dan berupaya sekuat tenaga
untuk tidak menduakannya dengan sesuatu apapun selain allah. Sebab mereka
mengerti, bahwa kedatangan hari kiamat adalah misteri yang hanya dikutahui
kedatangannya oleh Allah SWT ‘azza wa jalla.
Kedua, banyak mengigat Allah dalam
setiap jenak kehidupannya.
Mengingat Allah adalah bukti cinta. Amalan ini hanya bisa dilakukan oleh
mereka yang benar imannya. Selainnya sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’An
yang berbunyi:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا
كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا
“Sesungguh orang-orang
munafik itu hendak menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Apabila
mereka berdiri untuk sholat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan sholat) dihadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali
sedikit.” (Q.S An-Nisa [4]: 142)
Meneladani Rasulullah berarti mencintai.
“Rasulullah saw bersabda, ‘barangsiapa menghidupkan sunnahku, maka dia
mencintaiku. Barangsiapa mencintaiku, maka dia bersamaku, kelak disurga.”
Begitulah makna lain ketelanan yaitu kita harus mencintai
Rasulullah SAW melebihi cinta kita terhadap diri kita sendiri. Seperti kisah
seorang Arab Badui pada suatu hari beliau mendatangi Rasulullah SAW dengan
tergopoh. Sebertemunya manusia teladan itu. Ia pun berkata, “Ya Rasulullah kapankah
datangnya hari kiamat?”
Nabi menjawab dengan pertanyaan, “memangnya apa yang telah kamu persiapkan
untuk kedatangannya?”
Dengan lugu, dia berkata, “aku mencintai Allah dan Rasul-nya”
Rasul bersabda, “seseorang akan bersama siapa yang dicintainya.”
Apakah kita mencintai Allah dan Rasul-nya? Sekedar pengakuan
ataukah sudah terbukti? Jika sudah ada bukti, apakah cinta kita tergolong cinta
tergila-gila, cinta hampa, cinta romantis, cinta sejawat, cinta buta ataukah
cinta sempurna?
Kita adalah cerminan dari siapa yang kita cintai. Untuk mengetahui
seseorang, salah satu caranya yakni dengan mengenali siapa sahabatnya. Itulah mengapa,
Rasulullah SAW menyarankan agar kita bergaul dengan penjual minyak wangi. Jika
pun tak kuasa membeli dan mengenakan minyak wangi itu, harapammya bisa ikut
kewangian atau diberi wewangian dari sahabat kita itu.
Sebaliknya, agar kita jangan terlalu akrab dengan ‘si pandai
besi’. Sebab konsekuensinya, kita akan terkena panasnya api atau hitamnya arang
yang akrab dengannya yang berteman dengan kita itu.[1]
Rasulullah bukan hanya mengajarkan bagaimana cara memilih
teman yang baik buat kita. Rasulullah juga memiliki 4 sifat keteladanan yaitu:
siddiq, amanah, tablig, dan fathonah. Bukan hanya hal-hal tersebut beliau juga
mengajarkan sifat teladan yang lain seperti sabar dan penyayang. Seperti kisah
Rasulullah SAW ketika beliau harus tidur diteras rumah, seketika itu beliau
habis pulang berdakwah yang waktu itu sudah larut malam beliau pulang kerumah. Setelah
mengetuk pintu selama tiga kali ternyata sang istri tidak membuka pintu akhirnya
Rasulullah SAW tidur diteras padahal saat itu musim dingin. Ini membuktikan
beliau sabar dan penyayang.
Sifat sabar dan penyayang bukan hanya ditunjukkan terhadap
ummatnya saja, tetapi juga kepada kaum nonmuslim. Dikisahkan saat beliau di Madinah
ada seseorang Pengemis yahudi yang matanya buta yang selalu mencaci-maki beliau.
Setiap hari Pengemis yahudi itu selalu berteriak kepada orang-orang “hai kaumku,
janganlah kalian mendekati Muhammad, karena dia adalah pembohong dan tukang
sihir. Jika kalian mendekati dia kalian akan terpengaruh.”
Setiap hari Pengemis yahudi itu selalu berkata seperti itu
kepada orang yang lewat. Akhirnya tak ada orang yang memberinya makan karena
sebagian besar penduduk Madinah sudah masuk islam. Akhirnya Rasulullah SAW yang
memberi Pengimis yahudi tersebut makan dengan cara menyuapinya. Tanpa berkata-kata
(karena pengemis yahudi itu pasti sudah tahu suara beliau sehingga
dikhawatirkan akan menolak beliau) setiap pagi dan sore Rasulullah memberi
makan Pengemis yahudi ini selama beberapa tahun sampai Rasulullah saw wafat.
Hingga suatu hari, kabar bahwa Muhammad SAW telah wafat
tersebar ke setiap sudut kota Madinah. Di sudut pasar Si Pengemis yang
mendengar kabar kematian Muhammad, senang bukan kepalang. Ia tertawa karena
orang yang ia benci telah mati. Tapi, di saat bersaman, ia kehilangan lelaki
yang baik hati yang mendatanginya setiap hari membawakannya makanan dan
menyuapinya makanan yang telah dihaluskan dengan mulutnya sendiri. Hingga senja
ia menunggu lelaki itu datang, ia tidak sabar ingin menceritakan kabar gembira
ini kepadanya, muhammad telah mati, batin Pengemis tua itu.
Setelah Rasulullah wafat Abu Bakar As-Shidid RA yang
meneruskan sunnah Rasulullah tersebut untuk yang memberi makan Pengemis yahudi
tersebut. Keesokan harinya Abu Bakar pun bergegas menuju pasar tempat Pengemis yahudi
itu dengan membawakan makanan untuk diberikan kepada pengemis yahudi tersebut. Akan
tetapi, Pengemis yahudi tersebut malah marah.
‘siapa kamu?”
“aku adalah orang yang biasa memberi kamu makan” jawab Abu Bakar.
“bukan, kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan. Kalau orang yang
biasa memberi aku makan dia selalu melembutkan makanan terlebih dahulu jadi tidak
perlu gigi ini mengunyah dan tenggorokan ini menelan.”
Abu Bakar akhirnya menangis karena teringat rasulullah karena ternyata
memberikan yang terbaik kepada orang bahkan kepada pengemis yahudi yang
memusuhinya. Akhirnya abu bakar berterus-terang.
”aku memang bukan orang yang biasa memberimu akan. Ketahuilah bahwa orang
yang biasa memberi kamu makan telah meninggal.”
“siapakah sesungguhnya yang telah memberi aku makan selama ini?”
“beliau adalah Rasulullah SAW, sedangkan aku adalah salah seorang
sahabatnya” setelah berkata seperti itu Abu Bakar langsung menangis.
Pengemis yahudipun menangis dan berkata, “benarkah demikian?”, selama ini
aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun,
dia mendatangiku dengan membawa makan setiap pagi, dia begitu mulia.” Pengemis yahudi
buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a. [2]
Demikian kisah nabi Muhammad sebagai teladan, semoga setelah membaca artikel ini kita semua semakin
bergerak untuk mengenal dan mendekati Muhammad Rasulullah. Semoga setelah semua
ini kita dicandui rindu untuk membaca apa saja tentang nabi Muhammad,
ber-shalawat padanya, memenuhi majlis-majlis yang mengajak kita meresepsi
kebijaksanaan- kebijaksanaannya , meneladani akhlaknya yang mulia. Dan tentu
saja, menjadi pengikutnya yang penuh kasih dan kebaikan…amin ya robb
DAFTAR PUSTAKA
·
Pirman. 2015. Romantisnya Rasulullah. Cetakan
ke-1. Yogyakarta: citra risalah
·
Djibran, Fahd. 2010. Menatap Punggung
Muhammad. Cetakan pertama. Jakarta: litera pustaka
[1] Pirman, romantisnya
rasulullah. yogyakarta: citra risalah, 2015. Hlm 3-19
[2] Fahd djibran, Menatap
Punggung Muhammad. Jakarta: litera pustaka, 2010. Hlm 60-67
Subhanallah juli..
ReplyDeletemakasih sahabat islam, semoga bermanfaat... amin :)
ReplyDeleteSemoga bermanfaat..Amin
ReplyDeleteterimakasih informasinya :)
ReplyDeleteterimakasih kembali semoga bermanfaat....Aminn
ReplyDeleteAssalamualaikum ukhti.. izin nge share boleh??
ReplyDeleteAssalamualaikum ukhti.. izin nge share boleh??
ReplyDelete